Dibangun pertama kali pada tahun 1828 museum Bank Indonesia ini jadi, pada tahun 1625
tempat ini pernah dibangun sebuah gereja sederhana untuk umat Protestan, pada
tahun 1628 gereja ini dibongkar karena digunakan untuk tempat meriam besar. museum Bank Indonesia dilakukan melalui dua tahap yaitu
peresmian tahap 1 dan mulai dibuka untuk masyarakat pada tanggal 15 Desember
2006 oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu Burhanuddin Abdullah dan peresmian
tahap 2 oleh Presiden RI Susilo BambangYudhoyono pada tanggal 21 Juli 2009.
Disini juga ada metamorfosa logo Bank Indonesia jadi logo Bank Indonesia
berakar pada Logo de Japanese bank dan telah mengalami proses metamorfosa yang
cukup panjang serta berliku dari tahun 1953 sampai 2005 logo Bank Indonesia
sudah mengalami tujuh kali perubahan di awal berdirinya logo Bank Indonesia
mengadaptasi logo the Japanese bank dengan mengubah huruf y menjadi huruf i
tanpa mengubah unsur lainnya dan seiring dengan perkembangan zaman dengan
pertimbangan estetik dan Citra Bank Sentral yang diembannya logo Bank Indonesia
diubah menjadi Solid tegas dan berwibawa seperti yang kita lihat sekarang ini.
Saat memasuki area lobi Museum Bank Indonesia gedung yang
memiliki luas bangunan 14.000 M2 ini, mata anak Jakarta akan disuguhkan dengan
kemegahan serta keindahan arsitektur bangunan peninggalan kolonial Belanda. Sejak diambil alih oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1953 bangunan yang
termasuk cagar budaya ini masih terjaga keasliannya hingga sekarang pada masa
kolonial Belanda gedung ini awalnya merupakan rumah sakit yang bernama binnen
Hospital namun pada tahun 1828 pemerintah Belanda mengalihfungsikan ia menjadi
sebuah bank yang bernama De javasche Bank.
Kemudian setelah Indonesia merdeka tepatnya
pada tahun 1953 De javasche Bank dinasionalisasikan menjadi Bank Sentral
Indonesia atau Bank Indonesia, namun aktivitas perkantoran gedung ini sebagai
Kantor Bank Indonesia tidak berlangsung lama. Pada tahun 1962 aktivitas Bank
Indonesia pindah ke gedung yang baru, sempat dibiarkan kosong dewan Gubernur
Bank Indonesia menghargai nilai sejarah yang tinggi pada gedung ini sehingga
dimanfaatkan menjadi sebuah museum meski dari luar bangunan ini terlihat tua
atau bangunan lama.
Awal mula kedatangan bangsa-bangsa asing ke Indonesia saat
mengincar rempah-rempah emas harumnya rempah-rempah Indonesia pernah membuat para
pedagang dari berbagai negara, sehingga untuk Berniaga di sini seperti bangsa
Arab Tiongkok Spanyol Portugis Inggris dan Belanda. Di sepanjang lorong ini anda dapat melihat beragam rempah-rempah yang ada di nusantara dan sejarah
yang ada dibalik perjalanan tersebut. Dikatakan rempah emas
karena bumbu dapur yang sangat langka dan istimewa sehingga dianggap seharga
nilai emas rasa dan aromanya dianggap sebagai keajaiban alami serta diyakini
memiliki khasiat kesehatan yang luar biasa dan menjadi incaran para koki
penjelajah dan bangsawan dari penjuru dunia rempah emas diantaranya cengkeh
lada dan kayu manis museum Bank Indonesia memutuskan untuk menyimpan rempah
emas ini sebagai simbol kemakmuran dan pentingnya perdagangan di masa lalu. Agar para pengunjung dibuat seolah berada
di masa itu galeri pun ditata seakan berada di dermaga pada masa kedatangan
para penjajah tersebut galeri, selanjutnya adalah masa dimana pemerintah Belanda
mulai mendirikan sebuah bank guna mengatur keuangannya.
Selanjutnya disepanjang lorong
anda akan disuguhkan dengan beragam informasi mengenai sejarah
perjalanan Bank Indonesia dari masa ke masa, bukan hanya menyuguhkan informasi seputar
sejarah uang saja di museum ini anda juga bisa masuk dan melihat
langsung ruang Sang Pemimpin ruang kerja gubernur yang memiliki meja biro besar dilengkapi dengan kursi tamu, lemari dinding berisi buku-buku yang dilengkapi
dengan wastafel untuk mencuci tangan, gantungan baju besar, dan gantungan topi
berada persis di sebelah ruang pemimpin.
Terdapat sebuah ruang meeting besar di tempat
ini pula dahulu segala kebijakan terkait perekonomian negara Indonesia bermula. Keluar dari ruang meeting anda dapat melihat rangkaian keindahan gambar
dewa Hermes this satu kaca patri yang terdapat di rongga tangga museum Bank
Indonesia. Dewa Hermes disimpulkan sebagai Dewa pelindung perdagangan, dibawah
gambar dewa Hermes terdapat tiga kaca patri dalam ukuran yang lebih kecil
dengan 3 lambang penting dalam perdagangan di Pulau Jawa kala itu yaitu Surabaya
Batavia dan Semarang. Kota-kota tersebut merupakan kota pertama di
masa di javasche bank membuka kantor cabangnya.
Lanjut ke ruang berikutnya
ruangan yang satu ini merupakan tempat pengenalan barang-barang yang digunakan Bank Indonesia dalam mengelola keuangannya. Terdapat brankas yang digunakan
untuk mencetak uang setelah dicetak dengan sempurna uang tersebut kemudian
diedarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran oleh masyarakat untuk
menggantikan uang asing.
Di museum Bank Indonesia juga
terdapat ruangan yang bisa bikin kalian merasa jadi Sultan nih yaitu ruangan
emas namun ini hanya replika saja ya bukan emas asli. Sejak lama emas telah digunakan sebagai
standar satuan nilai dan diterima di semua negara dan juga sebagai devisi
negara yang bisa dicairkan saat krisis nilai tukar krisis politik atau krisis
ekonomi.
Pada zaman dulu beberapa petinggi
Bank Indonesia healingnya ke ruang perenungan hijau, jadi ruangan ini dulunya
digunakan untuk meeting para direksi bank Indonesia ada yang tahu
nggak kenapa warnanya hijau karena dianggap membawa Aura positif yang
menyebabkan timbulnya ketenangan pikiran dan dapat mengambil keputusan yang
tepat dengan tenang. Sebagai Bank Sentral museum Bank Indonesia memiliki koleksi
uang yang mencerminkan sejarah mata uang di Indonesia dari berbagai periode
waktu. Kalau
anda masuk ke ruangan ini anda bisa mencoba menyentuh
dan mengangkat emas batangan dengan berat 13,5 G perlu anda ketahui kalau
semua emas yang ada diruangan ini merupakan replika dari emas asli. Emas
batangan ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai aslinya mulai dari
berat bentuk dan warna semua dibuat semirip mungkin agar para pengunjung yang
datang dapat merasa berada di era emas moneter keuangan.
Berikutnya juga
tak kalah menarik yaitu ruangan penyimpanan
koleksi mata uang yang ada di Indonesia dari zaman ke zaman, uang yang ada di
sini merupakan cetakan asli dari tahun ke tahun uang ini diproduksi, uang yang dipamerkan
di ruangan ini merupakan uang kertas. Belum puas berkeliling
museum tenang ada beberapa layanan baru yang dihadirkan oleh museum Bank Indonesia ini untuk memanjakan para pengunjung antara lain Cafe museum Bank Indonesia foto
booth dan kids corner dijamin semakin seru dan betah lama-lama berkeliling di
museum ini karena belajar bukan hanya persoalan membaca tapi melihat secara
langsung peninggalan sejarah sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
dengan imajinasi tanpa batas.
Jika ingin berkunjung ke
museum Bank Indonesia ini lokasinya beralamat di Jalan Pintu Besar Utara Nomor
3 Kecamatan Tamansari Kota Jakarta Barat. Untuk mengunjungi museum Bank
Indonesia ini tiket masuknya yaitu sebesar Rp5.000 saja, museum Bank Indonesia
ini dibuka dari Selasa sampai dengan hari Jumat dari jam 08.00 pagi sampai dengan 15.30 sore Sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu dibukanya dari jam 08.00 pagi
sampai dengan jam 16.00 sore.